LEMBATA-HRC. Lebatukan menurut Camat Moses tidak saja memiliki mosaik asyik nan indah soal sejarah masa lalu, soal otonomi Lembata, tetapi Lebatukan juga memiliki cerita miris menyayat kalbu yang layak diriwayatkan bukan untuk memint simpati, tetapi lebih agar konsentrasi pembangunan bernuansa solidaritas atas nama keadilan social, kebenaran dan kesejahteraan masyarakat di wilayah itu mendapat tempat dihati para pemangku kepentingan.
“Hadakewa dulu baru Lewoleba,” demikian Marsianus Jawa mengapresasi keinginan warga Hadakewa Kecamatan Lebatukan membangung patung tokoh otonom Petrus Gute Betekeneng.
Gute Betekeneng bukan saja symbol perjuangan otonomi Lembata tetapi juga merupakan spirit dan roh yang merubah batu sendi menjadi batu penjuru.
“Karena itu melalui Musrenbangcam RKPD Tahun 2024 ini, saya minta agar di Hadakewa ini dibangun patung tokoh otonomi Lembata Petrus Gute Betekeneng,’ demikian Camat Lebatukan Moses Museng menghadirkan sosok Guru Gute dikening peserta Musrenbangcam termasuk penjabat Bupati Lembata, Marsianus Jawa, Ketua DPRD Lembata Petrus Gero, Aggota Frakasi Partai Golkar Kabupaten Lembata Simon Beduli dan Anggota Fraksi Partai Demokrat DPRD Lembata, Paulus Tukan Toon.
Kala itu sosok dinamis sang “Oemar Bakri” ini telah memulai jejak sejarah dan bernapak tilas menghadirkan secercah sinar kala pagi masih tamaran dibelahan tahun silam, pada tarikh waktu yang menunjukan tanggal 7 Maret 1954.
Dari kota tua Hadakewa lahir ikrar setia tanah Lomblen untuk berdiri sebagai kabupaten sendiri terpisah dari yuridiksi Flores Timur kapan tempo.
Dan Penjabat Bupati Lembata “sepakat,”. “sekali lagi saya sepakat” untuk membangun patung “orang tua”, penjasah sekaligus tokoh kharismatik sepanjang masa kabupaten Lembata Petrus Gute Betekeneng di Hadakewa, sekarang tinggal dua orang anggota DPRD dari Lebatukan Paulus dan Simon untuk kawal. Kawal bae-bae supaya ini bisa terlaksana,”’ tegas Marsianus bersalut aplaus peserta forum.
Itulah sebenarnya gemah takbir perjuangan yang praktis menjadi nyanyian hati dan senandung kalbu warga Lebatukan dari Leragere sampai Leralodo yang dimadahakan oleh sang bersahaja, tenang dan penuh perasaan Camat Lebatukan Moses Museng untuk menghadirkan sosok guru Gute dalam bentuk patung sebagai tokoh Lembata di tanah tempat dulu berkas otonomi Lembata dibicarakan.
Dan ini Lebatukan. Lebatukan menurut Camat Moses tidak saja memiliki mosaik asyik nan indah soal sejarah masa lalu, soal otonomi Lembata, sama halnya seperti kata-kata penjabat Bupati-Hadakewa dulu baru Lewoleba-tetapi Lebatukan juga memiliki cerita miris menyayat kalbu yang layak diriwayatkan bukan saja untuk mendapat simpati tetapi lebih agar konsentrasi pembangunan bernuansa solidaritas atas nama keadilan social, kebenaran dan kesejahteraan masyarakat mendapat tempat dihati para pemangu kepentingan sekaligus juga para pengambil keputusan tanpa kepentingan politik, kepentingan orang perorangan atau juga kepentingan jabatan ataupun untuk memperkaya diri.
Itulah makna aksara penuh makna camat Lebatukan Moses Museng yang melukis kisah miris tentang wilayah pendalaman Banitobo-Lamalela-Leragere yang praktis memanfaatkan mobil camat untuk menggenapi kerinduan mereka terkait layanan kesehatan jika warga menderita sakit penyakit dan penderitaan – benar-benar seperi kalimat using ‘temporer’ Tak ada rotan akarpun jadi.
“Yang paling urgen yang kami butuhkan saat ini adalah mobil Puskesmas keliling sebagai sarana transportasi di wilayah ini,” pekik Moses seakan merasakan penderitaan warganya, dihadapan para kades, para ketua BPD se Lebatukan, para kepala OPD dan peserta forum Musrenbangcam.
Camat Moses seakan tak mau lagi jika peristiwa kematian yang menimpah warganya di Bobu terulang kembali hanya karena pemerintah tidak menyiapkan layanan transportasi yang layak.
“Pasien itu meninggal dalam perjalanan ketika hendak dibawa pulang ke kampungnya. Semula pasien itu hidup tetapi karena menggunakan kendaraan roda dua maka nyawanya tidak bisa ditolong,” tutur Moses lagi.
Boleh jadi, peristiwa naas kematian ini menjadi pemicu agar pemerintah secepatnya “membeli mobil operasional Puskesmas keliling’. Tetapi, benarkah mobil Puskesmas keliling adalah pemicu utamanya. Me be yes, me be no. Lihat saja, infratruktur jalan di wilayah pedalaman Lebatukan juga tak bagus-bagus amat.
Tetapi sebagai umat beriman, Camat Moses jujur menyampaikan terima kasih kepada Penjabat Bupati Lembata Marsianus Jawa, Ketua DPRD Lembata Petrus Gero, termasuk dua anggota DPRD Dapil Lembata II dari Lebatukan Paulus dan Simon atas seumbangan material, moril, pikiran dan pendapat, usul dan saran keberpihakan membangun infrastruktur jalan di Lebatukan segmen Tapobaran,Lewoeleng Lodotodokowa, Lamadale, Lodotodokowa, Atakowa, Balurebong yang semuanya sedang dikerjakan dengan baik dan benar dan progresnya sangat luar biasa.
Begitu juga untuk 2 desa Leralodo. Camat Moses mengungkapkan, pembangunan infrastruktur jalan segmen Lamalela dan Banitobo yang semula terdapat beberapa titik kritis telah mendapat kucuran dana 6 milyar tahun anggar 2022 untuk “merawat” 19 titik kritis dan sudah selesai dikerjakan serratus persen.
“Namun saya minta agar perlu juga diperhatikan segmen Lamalela- Tadalangu,sekitar 3 km karena sumber daya yang ada di sana begitu luar biasa,”tegas Moses.
Camat Moses juga berbicara soal sarana prasarana listrik dimana untuk wilayah yang dipimpinya tingkat elektifikasi listrik minus satu desa yaitu desa Lamalela yang belum 100 % mendatkan sambungan rumah. Pantaun terakhir dirinya bersama staf kantor camat Lebatukan, penyambungan rumah Lamalela di desa ini baru ¾ % rumah.
“Jika sudah 100 % saya akan undang Bapak Bupati untuk mersemikannya,” tegasnya.
Lebatukan juga menurut Moses setidaknya memiliki 850 ha luas tanah yang semula telah disipakan 300 ha untuk TJPS tetapi setelah diverifikasi tersisah hanya 25,5 ha.
Soal air bersih, sang humanis inipun mengakui jika warga di Leragere dan Leralodo kesulitan air bersih karena sumber air yang ada berada di dataran rendah sementara pemukiman berada di dataran tinggi, tetapi berkat intevensi dan campur tangan pemerintah melalui Pansimas sedikit tidaknya memberikan kelegaan.
Demikian juga dengan isu terkini berstandar Nasional soal stunting. Menurutnya, angka stanting bulan timbang Februari 2023 dikisaran 1 digit. Ini diperoleh dari prosentasi stunting sekitar 80 persen dari jumlah keseluruhan stunting sebanyak 60 anak dengan perincian 51 anak bertubuh pendek dan 9 orang anak bertubuh sangat pendek.
“Mudah-mudahan angka ini bisa ditekan dengan kerja sama semua pihak,” tuturnya.
Sebagai bagian dari sambuatan penutupnya, Camat Moses “membanggakan” wilayah yuridiksinya yang memiliki banyak potensi, mulai dari potensi perikanan di teluk Nuhanera, destinasi wisata alam dan wisata bahari di Wade, wisata kuliner di Desa Hadakew, Desa Dikesare dan Desa Balurebong, juga senyum manis nan mempesona kelen hadakewa sampai Leramatan-heku naran Kewa bisa tao matan.
“Semoga semua yang saya sampaikan ini teakomodir dalam rencana pembangunan kabupaten Lembata di tahun 2024,”tegas Moses belum lama ini. (sabatani).