DI RUMAH INI Butir-butir Pancasila Mulai Bersemi

oleh -92 Dilihat

Ende,HRC- Mengapa patung presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, ada di pendopo Biara Santo Yosef Ende? Itulah pertanyaan spontan dari beberapa tamu yang datang berkunjung ke Biara St. Yosef, di sebuah bukit kecil dekat Gereja Katedral Ende  itu. Menampilkan patung Ir. Soekarno di tempat yang bukan milik pemerintah memang bukanlah sesuatu yang biasa. Namun gagasan untuk menempatkan sebuah patung Soekarno di pendopo Biara St. Yosef Ende merupakan suatu pilihan yang tepat dan benar dari segi fakta sejarah. Bahwa selama masa pembuangan di Ende dari tahun 1934-1938, Soekarno selalu datang ke Biara St. Yosef untuk membaca buku-buku, terbanyak dalam bahasa Belanda, dan berdiskusi dengan P. Huijtink, SVD  dan P. Bouma, SVD, dua misionaris senior asal Belanda. Demi mengenang persahabatan mereka itulah pimpinan Provinsi SVD Ende menerima dan menyepakati gagasan pembuatan sebuah patung Soekarno muda yang ditempatkan di pendopo tua Biara St. Yosef Ende, salah satu tempat yang dulu biasa dipakai oleh Soekarno dan kedua sahabatnya itu untuk berdiskusi dan bercakap-cakap, yang diberi nama SERAMBI SOEKARNO.

Serambi Soekarno mulai digagas dan dikerjakan pada awal tahun 2018 dan diresmikan pada tanggal 14 Januari 2019, bertepatan dengan peringatan 85 tahun Soekarno menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Ende. Menurut pemrakarsa dan kurator Serambi Soekarno, P. Henri Daros, SVD, sudah ribuan orang dari berbagai tempat di dalam negeri, juga dari luar negeri, yang datang mengunjunginya. Pengunjung sampai tanggal 31 Desember 2019 dalam buku tamu terdaftar sebanyak 1.235 nama, namun sebetulnya jumlah pengunjung jauh lebih banyak dari itu. Selain karena banyak pengunjung datang dalam rombongan besar yang terorganisir dan biasanya hanya seorang wakil yang mengisi buku, juga banyak pengunjung datang dalam kelompok dan/atau datang bebas menurut jadwalnya sendiri tanpa didampingi salah seorang penghuni biara, lalu hanya membaca informasi yang tersedia sambil mengambil foto dan duduk menikmati suasana tanpa mengisi buku pengunjung.

Serambi Soekarno bukan sekadar bukti sejarah kunjungan rutin Soekarno selama berada di Ende, tetapi juga menjadi tempat orang belajar berdialog antar agama. Di tempat ini berbagai elemen masyarakat, mulai dari anak-anak sekolah/pelajar /mahasiswa yang terdiri dari berbagai latar belakang agama sampai para tokoh lintas agama, datang mendengarkan narasi sejarah yang pernah terjadi dan mendialogkannya dalam suasana santai. Mereka pun bebas membaca buku-buku tentang Soekarno dan buku-buku tulisan Soekarno sendiri yang tersedia di POJOK BUKU BUNG KARNO, tepat di samping Serambi Soekarno, termasuk tentang persahabatan dan dialog Soekarno muda dengan para misionaris SVD dan pimpinan SVD di Biara St. Yosef dahulu.  Di Pojok Buku Bung Karno saat ini tersedia sebanyak 80-an judul buku, sebagian besar merupakan buku-buku yang sudah sulit diperoleh saat ini.
Gedung Biara St. Yosef Ende di bukit kecil itu dibangun pada tahun 1927, dengan 45 anak tangga dari pintu gerbang utama pekarangan menuju ke pintu masuk gedung biara. Lalu jarak dari pintu masuk gedung biara ke lokasi Serambi Soekarno sekarang ini sepanjang 17 meter, dan selanjutnya 8 meter adalah ukuran ruangan serambi. Pertanyaannya, apakah ada korelasi antara angka tersebut, yang tak pernah diduga sebelumnya, juga ketika dulu Soekarno sang pejuang muda itu selalu mampir, dengan tanggal dan tahun Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (17-8-45) yang diproklamasikan oleh Soekarno kemudian? Serambi Soekarno saat ini hadir di Biara St. Yosef seakan untuk menegaskannya.

Dari fakta sejarah ini kita boleh mengatakan juga bahwa kegiatan Soekarno membaca buku-buku serta komunikasinya (diskusi, tukar pikiran, percakapan) dengan para misionaris di Biara St. Yosef ini, khususnya dengan kedua misionaris Belanda tersebut, adalah bagian tak terpisahkan dari proses permenungannya yang terjadi di bawah Pohon Sukun yang terkenal dengan 5 (lima) cabangnya itu (simbol Pancasila), yang terletak di pinggir pantai tak seberapa jauh dari bukit Biara St. Yosef. Tidaklah berlebihan pula kalau kita pun mengatakan bahwa di Rumah Biara St. Yosef ini juga butir-butir PANCASILA, yang kemudian menjadi dasar falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia, mulai bersemi.
Ende, 10 Januari 2020
Gaby Wangak, SVD

*SALAM  PANCASILA.*

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

No More Posts Available.

No more pages to load.