Penulis : Narky Leu
Pesta Demokrasi ( Pemilu ) merupakan panggung Politik yang begitu menarik dan megah. Di sini, setiap Politisi akan menunjukan jati diri sebagai seorang yang Nasionalisme dengan semangat cinta akan tanah air. Hal ini sangat lumrah di jumpai pada setiap perhelatan Pemilu. Pesta Demokrasi ini juga merupakan sebuah ajang kompetisi dan konstentasi untuk menentukan figur dan calon Pemimpin yang Visioner yang di mana akan dapat menciptakan kesejahteraan sosial bagi masyarakat pada umumnya.
Berbagai macam cara dan metode pendekatan terhadap masyarakat di gunakan untuk dapat menarik simpati dari setiap orang. Hal yang sering mereka gunakan ialah dengan cara pendekatan secara persuasif/door to door, kampanye, dan dengan cara memasang umbul-umbul, pamflet, poster, bendera Partai yang di jumpai di setiap jalan-jalan dan sudut-sudut perkampungan. Seruan untuk menarik simpati pun di suguhkan oleh setiap kontestan Pemilu. Visi dan Misi bahkan nama kontestan pun mewarnai atribut-atribut Politik.
Manifestasi Politik merupakan strategi yang selalu di gunakan, semua itu di buat dalam iklan-iklan Politik sebagai suatu inovasi yang di akibatkan oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, faktor sekunderlah yang menjadi utama untuk memaksimalkan ide-ide dalam berpolitik. Karena dengan adanya teknologi informasi dapat merubah pola sosialisasi dan edukasi Politik.
Yang harus di pahami dewasa ini adalah karakter-karakter masyarakat jaman sekarang yang sangat mudah untuk di bentuk. Hal ini terbentuk di karenakan konsumsi media massa (koran dan majalah), televisi, radio, diskusi ruang-ruang public (warung kopi, dll). Selain itu juga akses internet merupakan tolak ukur yang berperan aktif yang di mana mudah untuk di jangkau setiap orang, sehingga kontribusi informasi tentunya dapat mampu membentuk masyarakat tentang karakter dan pola pikir dalam berpolitik.
Era baru Politik yang terjadi di tingkat Global akhir-akhir ini sangat berbenturan di karenakan adanya arus fundamentalisme dan kosmopolitanisme. Cara-cara ini di gunakan untuk memperluas tujuan-tujuannya, seperti; Agama, Etnis, Suku, dan Nasionalis Politik. Semua ini sangat berpengaruh terhadap masyarakat yang akan memilih, yang di mana akan terjadinya perang-perangan yang akan merujuk pada kekerasan.
Masyarakat sudah matang dan mahir dalam pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk memilih calon Politik yang akan di pilih. Para elit Politik pun harus jeli melihat hal ini, membicarakan tema atau topik dalam kampanye harus mengedukasi sehingga tidak terjadinya pro dan kontra. Konsep-konsep harus proposional baik secara lokal maupun Nasional.
Semakin meningkatnya mobilitas tiap individu masyarakat, hal ini merupakan suatu fenomena yang menarik, di mana para Politisi harus mahir dalam menarasikan bahasa-bahasa Politik yang akan di panggungkan di setiap saat kampanye. Demokrasi tidak terlepas dari kompetisi dan konstentasi, semua itu merupakan hal yang wajar dan di benarkan praktiknya, namun; semua itu harus selalu memperhatikan norma dan aturan yang sudah di tetapkan.
Peran aktif dan partisipasi publik haruslah tetap menjaga dan menyuarakan persatuan. Terkadang euforia pesta Demokrasi akan membuat masyarakat lupa diri, sehingga nada cacian, dan makian pun tak terarah yang dapat menimbulkan gesekan-gesekan yang tak terhindarkan. Publik harus cerdas memanfaatkan arus globalisasi secara adaptasi dan objektif. Pengambilan setiap keputusan harus berdasarkan analisis yang matang. Oleh sebab itu, kesadaran bagi kita semua untuk mengambil peran dalam setiap tindakan sosial, dengan memberikan pemahaman-pemahaman Politik yang matang dari setiap informasi yang di terima.
Sekali lagi hal yang patut di perhatikan oleh para elit Politik dan masyarakat adalah pendidikan Politik yang jujur, cerdas, yang selalu mengutamakan kebenaran. Karena sejatinya kebenaran adalah realita antara fakta dan kenyataan. Hindari setiap kabar hoax, palsu, dan sesat dalam pola pikir.
Narky Leu