LEMBATA-HRC. Ucapan sukacita itu sontak berubah menjadi ucapan duka cita. Semula warga memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Lembata terkait pengaspalan jalan yang menghubungkan wilayah pekuburan Komak ke Lusikawak melewati tanjakan yang cukup riskan. Jalur ini merupakan jalur alternative menuju ke SMA Negeri 2 Nubatukan, juga ke stasiun TVRI atau juga jika hendak bepergian ke Kecamatan Atadei.
Tetapi, belakangan ini warga setempat praktis kecewa dan ‘sakit hati’ bila melihat proyek pengaspalan jalan itu diduga dikerjakan asal jadi da nasal-asalan. Ironisnya lagi, konsultan pengawas dinas PUPR yang saban hari mengawasipun diduga tak memiliki taji. Warga setempat kemudian saling bertanya, ini salah siapa, ini dosa siapa. Apakah jawabannya, tanyalah kepada rumput yang bergoyang.
Berita tentang kekecewaan warga di bilangan Pekuburan Komak ‘mampir’ juga di meja kerja Wakil Ketua II DPRD Kabupaten Lembata, G. Fransiskus Langobelen.
Sontak dirinya kaget dan membangun niat untuk ‘serewi’ langsung ke ‘TKP’. Alhasil, sang Vikaris ini menemukan sejumlah titik pada ruas badan jalan hampir 100 meter yang diduga dikerjakan asal jadi dan merugikan negara padahal menurutnya wilayah ini baru mengalami sentuhan aspal terutama infrastrukutur jalan pada tahun 2022-2023 dalam kurun waktu hampir satu dekade ini.
‘Saya sangat kecewa. Dan saya intruksikan untuk bongkar. Kualitas model apa ini. Berhenti teriak-teriak jadi pahlawan Lembata,’tegas G. Fransiskus.
Sikap tegas yang diambil G. Fransiskus itu semata hanya karena keprihatinannya terhadap biaya pengasapalan yang diambil dari dana pinjaman yang dicicil selama 8 tahun.
‘jika pekerjaan jalan itu asal jadi maka rakyat bisa sengsara selama 8 tahun selama masa pengembalian pinjalaman,’tegasnya.
Dirinya mengharapkan agar pemerintah kabupaten Lembata segera mengambil sikap terhadap kontraktor pelaksana ataupun juga konsultan pengawas untuk serius membenahi jalur yang dimaksud. [bb]