Atambua,HRC- Sikap arogansi yang ditunjukkan oleh seorang Imam Katolik atas nama Romo Agustinus Kau Lake,Pr selaku pastor paroki St.Theodorus Weluli Keuskupan Atambua-Timor Provinsi Nusa Tenggara Timur (Prov.NTT) pada jumat,(12/8/2022).Sungguh sangat tidak manusiawi dimana sang pastor dengan sikap keegoan membatalkan pernikahan calon pasangan suami-istri tepat pada puncak hari yang dinantikan.
Dihimpun melalui informasi yang beredar luas dari beberapa media dapat menampakkan bagaimana si pengantin perempuan yang tampak mengenakan busana adat Timor ini menangis histeris lantaran tidak siap menerima putusan pembatalan pemberkatan nikah yang telah dipersiapkan secara matang oleh pasangan suami-istri ini dan pihak kedua keluarga besar.
“Umur-umur saya baru tahu romo juga dapat putar-balik,Romo sendiri yang minta untuk berkat di tenda suka cita namun akhirnya Romo sendiri yang batalkan.Sungguh hanya Tuhan yang tahu Romo” Teriak Pengantin Perempuan.
Informasi lain yang dihimpun dari salah satu WA group kumpulan alumni mengatasnamakan keluarga dari pasangan pengantin laki-laki mengatakan alasan dasar yang memicuh terjadinya penundaan atau pembatalan pernikahan tersebut dikarenakan adanya sikap kecemburuan sosial dari keluarga perempuan yakni mama besar dari pengantin perempuan.
“ini hanyalah persoalan internal keluarga perempuan yakni mama besarnya meminta untuk tidak langsungkan pesta syukuran pernikahan dengan alasan dianggap tidak mampu buat pesta.Namun keluarga sudah sepakat untuk tetap laksanakan pesta nikah.Bujuk-membujuk akhirnya mama besar dari perempuan juga mau supaya laksanakan pesta nikah dengan catatan belanja semua kebutuhan pesta harus dibelanja di tempat usaha miliknya.Namun karena harga sangat berbeda dengan harga barang di Atambua maka keluarga memilih untuk belanja di Atambua. Dari sinilah mulai mama besar dengan keluarganya mulai tidak terlibat aktif hingga akhirnya Romo batalkan pernikahan tersebut” Rilis Sumber terpercaya dari keluarga pengantin laki-laki.
Sementara sumber lain yang adalah saudara kandung dari pengantin laki-laki mengatakan sikap hormat dan tunduk sebagai seorang awam terhadap kaum klerus sangat dijunjung tinggi untuk itulah peristiwa dalam kapela ketika Romo Agus membolak-balik dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan pasangan calon suami-istri ini menimbulkan rasa iba yang mendalam terhadap kondisi pengantin perempuan yang merayab dan menangis dihadapan altar memohon pengampunan namun Romo Agus tidak menggubrisnya.
“Seandainya ada yang rekam situasi dalam kapela maka tentunya sangat sedih dan memalukan,yang direkam itu hanya sebagian di tenda. Sehingga kalau romo agus mau membela diri bahwa tindakannya tidak bersalah maka hanya Tuhan yang tahu. Romo agus sama-sama orang dawan dan saya sendiri sudah dekati bicara pake dawan namun tetap tidak mendengar kita.Kasihan sebagai manusia kita melihat perempuan menangis sambil merayab dan memohon tidak tega kalau belas kasihan kemanusian tidak kita tunjukkan” Keluh Saudara kandung pengantin laki-laki.
Calon Pasangan suami-istri yang dibatalkan pernikahannya adalah Wendy Kefi asal Paroki Kristus Raja Haumeni-TTU dan Betty Berek asal Paroki St.Theodorus Weluli Bellu-Atambua.
Hingga berita ini diturukan upaya media ini belum berhasil mengkomfirmasi Romo Agus Kau Lake.
Sebagai catatan: Dengan viralnya peristiwa pembatalan/penundaan pernikahan pasangan suami-istri ini menjadi catatan berharga bagi kaum klerus dalam menimbang,menentukan dan memutuskan setiap persoalan yang dihadapi umat.
Imam tidak berjalan sendiri,juga tidak hidup seorang diri.Imam hidup ditengah-tengah umat dan hidup bersama umat untuk saling mendukung satu sama lain dalam karya pengembangan hidup. Untuk itulah tidak mengurangi rasa hormat dan juga tidak menurunkan derajad imamat apabila seorang Imam bertanya dan berdialog dengan umatnya sebelum memutuskan sesuatu.
Kesombongan rohani dan keangkuhan status sosial harus dihindari sehingga umat tidak dipandang sebagai kelompok manusia kelas dua namun umat adalah rekan kerja dalam mengemban tugas perutusan kemanusian yang Illahi.
Imam dan umat adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.Meskipun dalam tugas dan kewenangan yang berbeda namun perbedaan tersebut tidak saling meniadakan. (Frengco)***