Maumere, HRC- Camat Nita Avelinus mengemukakan bahwa pemberian makanan tambahan bukan yang utama dalam penanganan Stunting tetapi dimulai dari perilaku dan perlakuan hidup sehat dari dalam rumah sendiri.
Bisa saja di rumah, kita lalai dalam kebersihan, kita lalai dalam pemberian makanan bergizi dan istirahat secukupnya. Pembiaran ini yang menyebabkan anak stunting jauh sebelum anak lahir.
Usia pernikahan terlalu muda, jarak kelahiran terlalu dekat juga dapat menjadi embrio penyebab stunting.
Pernyataan Camat disampaikan dalam acara deklarasi stunting di kantor desa Nirangkliung, Selasa 17 Mei 2022.
Avelinus menambahkan, justru pencegahan di mulai dari sejak remaja dipersiapkan dan bagi ibu hamil.
“Jika perlakuan stunting ini tidak ditangani sejak ibu hamil maka kita tidak akan pernah memutus mata rantai stunting, akan ada terus di desa Nirangkliung ini ” tegas Camat.
Data dihimpun dari bidan desa, Nirangkliung sendiri memiliki 24 anak stunting dengan 6 ibu hamil kekurangan energi kronis.
Kepala Desa Nirangkliung menyampaikan keterlambatan penyelanggaraan PMT ini karena dana desa reguler baru dicairkan dan dilaksanakan mulai hari ini secara berkesinambungan tanpa henti selama 180 hari.
Lebih lanjut Kades Nirangkliung, Fransiskus Edison menambahkan bahwa kegiatan dilaksanakan di 5 titik dari total 7 Posyandu yang ada di desa Nirangkliung.
Kades menekankan tentang keterlibatan serius pasangan suami istri dalam pendampingan terhadap anak anaknya yang stunting, jadi bukan tugas istri saja atau titip di kakek neneknya.
“Saya akan kerahkan Pertahanan Sipil di desa untuk memastikan kehadiran anak dan pasangan suami istri selama 180 hari. Jika dianggap perlu Babinsa dan Babinkamtibmas kita libatkan”, tegas Kades.
Ketua BPD dalam kesempatan yang sama menghimbau keterlibatan semua pemangku kepentingan di desa untuk mendukung penanganan kegiatan stunting ini.
Dalam kapasitas anggaran, BPD secara serius mendukung alokasi anggaran untuk mensukseskan penanganan stunting.
“Kami berharap segera secepatnya dibelanjakan fasilitas alat ukur yang sudah dianggarkan. Ini penting agar kita dapat mengukur sebelum dan setelah proses PMT berlangsung dalam sebulan untuk melihat dan mengevaluasi perkembangan” tegas ketua BPD.
Kader Posyandu, Agnes Maria Pole memastikan bahwa menu stunting sudah sesuai standar gizi oleh ahli gizi dan prosesnya dikelola oleh 35 kader Posyandu dari 7 Posyandu yang ada di desa Nirangkliung.
Pantauan HRC, menu yang disajikan khusus hari Selasa adalah pepes ikan, sup bawang wortel tambah tahu, otak Atik telur dan buah, gadon daging, tim telur.
“Ini menu khusus hari Selasa dan tiap hari tentunya berbeda” Ujar Agnes.
Ibu Fransisca, Pendamping Lokal Desa Nirangkliung, menginformasikan total dana desa untuk penanganan Stunting senilai Rp 86.400.000.
Sisca juga menambahkan bahwa setiap 14 hari akan dilakukan evaluasi termasuk penimbangan bagi anak untuk mengukur perkembangan.
Senada dengan camat, Sisca juga mengingatkan kembali terkait program arisan jamban keluarga yang selama ini sudah berjalan.
“Untuk mengatasi stunting, kita tidak hanya kasih PMT, tapi mesti di dukung aspek lingkungan kebersihan dll ” ujar putri dusun Kojamota, Nirangkliung ini.
Pantauan HRC, desa Nirangkliung memiliki potensi alam yang subur dengan sumber mata air berlimpah. Salah satu desa hortikultura di wilayah kecamatan Nita yang menyumbang pasokan di pasar lokal maupun antar kabupaten. (Icha)*