MINGAR,HRC- Prokompim Setda Lembata – Desa Pasir Putih di ujung selatan pulau Lomblen, walau begitu eksotis alamnya, terutama terkenal keindahan pasir putihnya, namun ternyata menyimpan segudang permasalahan pelik didalamnya.
Adalah air bersih yang menjadi problem utama di desa ini. Selain masalah kesehatan, perumahan dan biaya hidup ekonomi yang tinggi, Desa yang memiliki 423 kepala keluarga (kk) dan 1.326 jiwa ini, dari tahun ke tahun selalu dihadapkan pada persoalan air bersih.
Karena itu, hari ini senyum haru bercampur bahagia mewarnai perjumpaan warga Desa Pasir Putih dengan opualap suku Lewoketoj, dari kampung Boto, Desa Labalimut, di pinggir pantai wisata Watan Raja, setelah selesai mengikuti perayaan Ekaristi Kudus (Misa), di gereja Paroki Mingar, Minggu (30/4) pagi.
“Mata air yang jauh sudah dekat. Kami tidak kehausan lagi, kami tidak mencarinya lagi. Kami kini hanya menjaga dan merawatnya agar ibu bumi selalu mengeluarkan air matanya untuk kami di Desa Pasir Putih,” ungkap Kepala Desa Wenseslaus B. Papang yang hadir saat itu.
Terlihat mama-mama yang semakin tua dan keriput meneteskan air mata kebahagiaan saat pertama kali melihat kemunculan air bersih seperti seorang gadis yang baru dipinang, yang diantar oleh lewo alap dari suku Lewoketoj, Boto.
Rupanya kerinduan yang terpendam selama puluhan tahun, hari ini terobati. perjuangan panjang warga Desa Pasir Putih merindukan setitik air bersih yang mudah diakses, kini terjawab tuntas.
Warga Desa Pasir Putih meyakini peristiwa hari ini adalah kehendak Tuhan dan restu leluhur Lewotana. Karena campur tangan-Nya lah hari ini warga Mingar boleh menikmati air bersih dari mata air Onge Rajan, Boto.
Pertanyaannya, mengapa air selalu dicari? Karena air merupakan sumber kehidupan. Air merupakan sumbe kekuatan. Sebagai penghilang rasa dahaga, air juga membawa berkah bagi sesama. Sebab itu, air selalu dicari. Bahkan demi setetes air, orang bisa saling membunuh.
Adalah warga Watan Raja, Mingar, Desa Pasir Putih, yang berada di ujung selatan pulau Lomblen. Mereka mengalami peristiwa berahmat ini. Sebagai bagian dari wilayah administrasi pemerintahan Kecamatan Nagawutung, Kabupaten Lembata, Mingar terkenal bukan saja karena Pasir Putih yang elok membentang sepanjang bibir pantai dan tradisi Gute Nalle, namun juga dikenal di Kabupaten Lembata sebagai salah satu daerah yang kesulitan mengakses air bersih.
Sebagai ungkapan rasa syukur, warga Mingar dan Boto merayakan misa bersama di gereja Paroki Mingar, yang dipimpin oleh Pastor Paroki Mingar, Romo Yermin, Pr.
Maka tidak berlebihan, di pinggir kampung, tepatnya di lokasi wisata Watan Raja, pada Minggu, 30 April 2023, adalah hari dan tanggal dimana warga Mingar bersukacita. Hari yang menjadi tonggak sejarah bagi masyarakat Pasir Putih mendapatkan setitik air kehidupan yang mengalir deras dari Sember mata air Onge Rajan, Boto, Desa Labalimut.
Menurut laporan Kepala Desa, permasalahan air di Mingar menjadi problem klasik dari tahun ke tahun dan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sehingga penantian akan air kehidupan bagi masyarakat Pasir Putih yang selama puluhan tahun mendambakannya, hari ini boleh bernapas lega.
Memang, warga Desa Pasir Putih, sudah beberapa kali mencoba datangkan air bersih, baik itu melalui sumur bor ataupun melalui mata air di Lodofafo, Desa Atawai, ujarnya.
Namun semua berujung bermasalah. Ada pipa yang sengaja dipotong orang, ada juga karena debit air yang terlalu kecil jadi tidak bisa menjangkau kebutuhan seluruh warga masyarakat Pasir Putih.
Kepala Desa, Wenseslaus B. Papang berharap peristiwa hari ini menjadi yang terakhir untuk persoalan air bersih di desa Pasir Putih.
Adalah lewo alap suku Lewoketoj, Desa Labalimut, Boto yang empunyai sumber mata air, karena cinta dan kasih sayangnya, mengiklaskan sumber kehidupan itu bagi sanak saudara masyarakat di Desa Pasir Putih yang lebih membutuhkan.
Bupati ingatkan Kepala Desa Pasir Putih, pastikan pipa itu tidak bermasalah. Pernyataan ini ia sampaikan saat mengawali sambutan singkatnya.
Bupati tidak ingin kebahagiaan warga masyarakat Pasir Putih yang hari ini dirasakan kembali hilang hanya karena persoalan pipa air.
“Belajar dari pengalaman sebelumnya, jadi ikuti jalur pipa yang ada di kebun-kebun, pastikan tidak boleh ada yang ganggu gugat. Bakar rumput hati-hati, itu dikontrol,” ingat Bupati Jawa kepada warga Desa Pasir Putih.
Dengan begitu, putra Nagekeo ini meyakini air pasti tetap ada di Desa ini.
Tak hanya persoalan air yang diangkat, Bupati juga menyentil sedikit terkait bantuan 40 rumah dari sumber Dana Alokasi Khusus (DAK) Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2023.
Ia minta Kepala Desa bersama Dinas terkait untuk segera memfasilitasi warga agar bisa menikmati kue pembangunan dari Pemerintah Pusat. “Difasilitasi supaya ada prioritas-prioritas rumah-rumah yang bisa dibantu,” ujar orang nomor satu di Lembata ini.
Untuk menjawabi semua permasalahan ini, Bupati menekankan pentingnya kolaborasi baik di tingkat desa, ataupun di tingkat kecamatan. Ia ingin adanya sinergitas, komunikasi yang lebih ditingkatkan antara desa dengan kecamatan maupun dinas terkait. Dengan begitu, permasalahan di desa dapat segera terurai.
“Tugas pemerintah adalah menyelesaikan persoalan-persoalan, itu ingat. Paling utama menyelesaikan persoalan yang dialami masyarakat, itu saja. Yang lain-lainnya itu sudah rutinitas,” ingat Bupati Jawa kepada Kepala Desa Pasir Putih dan Camat Nagawutung.
Mengakhiri sambutannya, Bupati sedikit menyentil terhadap kesehatan masyarakat. Ia berujar bahwa persoalan kesehatan di Pasir Putih, Mingar ini sedikit unik sehingga kedepannya akan menjadi prioritas Pemerintah untuk penanganannya.
Khusus kepada masyarakat Desa Pasir Putih atas peristiwa hari ini, Bupati Jawa, atas nama Pemerintah Daerah mengucapkan selamat menikmati air bersih ini. Ia mengajak semuanya untuk menaikkan ucapan syukur kepada Tuhan atas semua peristiwa yang terjadi, khususnya peristiwa hari ini.
“Kalau kita bertahun-tahun tidak dapat air, hari ini kita sudah dapat air. Mari manfaatkan air dengan sebaik baiknya untuk kepentingan bersama dan untuk kebaikan kita bersama,” pungkas Bupati Marsianus Jawa. (Prokompim Setda Lembata)