Kefamenanu,HRC- UNIVERSITAS TIMOR lahir dari sebuah “peradaban” bangsa setelah melewati masa reflektif pasca referendum. Melalui Surat tertanggal 16 Juni 2000, lahirlah Universitas Timor (UNIMOR). Sejarah baru dunia kampus berkibar di kota Kefamenanu.
“Kelahiran” Unimor tak terpisahkan dari sejarah Bangsa Indonesia ketika terjadi referendum tahun 1999. Sebagian masyarakat Timor-Timur memilih merdeka lepas dari yuridiksi Indonesia
Sebelum Timor Timur adalah bagian dari Indonesia. Propinsi termuda dibelahan Timur pulau Timor ini prkatis telah memiliki Universitas Timor Timur (UNTIM) yang berdiri pada tahun 1986. Banyak sarjana lahir dari Rahim Untim.
Tapi apa hendak dikata. Referendum memberi jawaban. Bahwa Timor-Timur merdeka. Membentuk negera sendiri. Sementara warga yang pro-Indonesia mengungsi ke sejumlah provinsi di Indonesia. Sebagian besar sudah tentu berada di Timor Barat wilayah NTT.
Pasca referendum, seiring kemerdekaan Timor Timur, UNTIM pun praktis tutup. Hingga kemudian dilakukan studi kelayakan serta mengajukan gagasan pada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan agar bisa menghadirkan perguruan tinggi di perbatasan, “Pengganti” UNTIM mengingat animo masyarakat melanjutkan study ke universitas sangatlah besar.
Study kelayakan itu membuahkan hasil. Melalui Surat Keputusan Yayasan Pendidikan Cendana Wangi tertanggal 16 Juni 2000 lahirlah Universitas Timor (UNIMOR) di Kefamenanu. Sejarah baru dunia kampus berkibar di kota Kefamenanu, setelah sebelumnya telah terdaftar 11 Prodi dengan SK Menteri Pendidikan Nasional tertanggal 6 Juni 2000.
Rektor Unimor, Dr. Ir. Stefanus Sio, M.P. yang ditemui di ruang kerjanya Jumat (23/10/22) mengatakan kehadiran Unimor semata untuk menjawab kerinduan masyarakat Belu, Malaka dan TTU yang dari waktu ke waktu untuk sangat ingin melanjutkan pendidikan tinggi di universitas.
“Kami memiliki kampus yang diminati dari tahun ke tahun. Kami juga sangat ingin menerima lebih banyak mahasiswa. Tetapi terbatasnya ruang kuliah membuat kami realistis menyesuaikan dengan ruangan yang ada. Tahun ini, melalui kesepakatan, kami hanya menerima 2.500 mahasiswa baru. Jika nanti ruang kuliah mencukupi maka target kami bisa menerima hingga 5.000 mahasiswa baru,” Tegas Stefanus Sio.
Sio menambahkan, saat jumlah mahasiswa Unimor sebanyak 7.000 orang, ditambah dengan mahasiswa baru sebanyak 2.500 orang, maka secara keseluruhan mencapai 10.500 mahasiswa.
“Kami terpaksa membatasi penerimaan siswa baru melalui tiga jalur yaitu jalur SNMPTN, SBMPTN dan jalur Mandiri, karena keterbatasan ruangan kelas,” ungkap Stefanus sio.
Kampus Unimor memiliki kompetensi akademik yang mumpuni yang “Diarsitek” 300 dosen, 200 tenaga kepegawaian dengan tenaga pendidik yang memililiki kompetensi akademik rata-rata S2 yang setiap tahun terus melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi demi peningkatan kualifikasi dosen dari S1- S2-S3. Unimor juga telah terakreditasi B (baik sekali) untuk semua program studi.
Terkait pengembangan kampus, Stefanus Sio menjelaskan untuk terus melaksanakan Tri Darma (penelitian, pengabdian dan pengajaran) sebagai bagian dari implementasi pembelajaran yang bakal disalurkan kepada masyarakat.
“Setiap tahun kami melakukan pemberdayaan masyarakat, sehingga mahasiswa mampu melakukan produk yang dapat di marketing kan guna meningkatan pendapatan masyarakat melalui hasil penelitian maupun pengabdian masyarakat ” jelas sang pioneer ini.
Lebih lanjut Dosen yang telah mengabdi selama 3 tahun ini menambahkan perguruan Unimore juga menerapkan Kampus ” Merdeka Belajar” yang mengharuskan mahasiswa terjun langsung kepada masyarakat sesuai dengan program studi yang dipelajari.
“Mahasiswa Unimore sudah melaksanakan merdeka belajar selama dua semester melalui magang khusus khususnya program pertanian, agronomi dan peternakan dibekali keterampilan oleh fasilitator,” jelas Stefanus Sio.
Stefanus Sio mengakui, pihak Unimor sudah melakukan Memorandum Of Understanding (MOU) dengan sejumlah pihak seperti LSM, sekolah, kelompok tani, pemerintah dan swasta maupun dunia Industri (Dudi) untuk memberikan edukasi keterampilan agar mahasiswa Unimor untuk terus berinovasi untuk bisa menghasilkan produk yang bermanfaat seperti minyak sereh, pembuatan minyak kelapa murni, pemanfaatan daun kelor maupun Minyak kayu putih.
“Model kolaborasi perguruan Unimor bisa menjadi contoh baik bagi Perguruan Tinggi lain. Tidak hanya bermitra dengan Pemda, Unimor juga bermitra dengan seluruh elemen masyarakat baik dalam kota maupun luar daerah,” jelas Stefanus Sio.
Menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat untuk menambah program studi yakni, Teknologi Penanganan Hasil, Hubungan Internasional, Akuntansi, Tekhnologi Penanganan Hasil, Keperawatan dan pendidikan PGSD, pihaknya menargetkan akan menambah Prodi baru di tahun 2023-2024 seiring dengan selesainya dibangun gedung baru.
“Kami berharap ada bantuan dari pemerintah agar 2023-2024 sudah ada peningkatan infrastruktur,laboratorium dan peningkatan SDM sehingga penambahan prodi baru dapat terakomodir” harap Stefanus.
Kehadiran Unimor merupakan jawaban terhadap pembangunan di daerah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T) yang tak lain merupakan implementasi program prioritas Presiden Joko Widodo yang tercantum dalam salah satu Nawacita kepemimpinannya dan sampai saat ini, sudah banyak infrastruktur yang di bangun di daerah-daerah 3T.
Jujur diakui Kabupaten Timor Tengah Tengah Utara (TTU) yang juga berada di perbatasan merasakan betul detail keberadaan Perguruan Tinggi Negeri Unimor yang tidak saja membuka akses pendidikan, tapi juga menjadi bagian penting dalam pembangunan melalui Tri Darma Perguruan Tinggi.
Mengakhir dialog dengan HRC, Stefansu Sio mengatakan kehadiran perguruan tinggi Unimor sangat membantu pemerintah daerah terutama pembangunan dibidang pendidikan melalui penelitian, pengabdian dan pengajaran serta mencerdaskan anak-anak yang ada di perbatasan guna meningkatkan ilmu pengetahuan.
Berkaitan dengan HUT ke- 100 Kota Kefamenanu, Stefanus Sio menyatakan Unimor tentu akan selalu memberikan dukungan akademik demi Kotasari Kefamenanu untuk terus berbenah diri ditengah persaingan pembangunan dewasa ini.
“Kami sebagai perguruan tinggi harus membenahi diri dan bekerjasama berkolaborasi dengan Pemda terkait ide pikiran untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat dalam hal pangan,” Tutup Stefanus Sio. (desy/ag)