Catatan lepas Gewura Fransiskus Memoar Indah Tanah Lepan Batan Mengubur “Ambisi” Meraih Tropi Di Tanah Tumpah Darah

oleh -33 Dilihat

Lembata,HRC- Usai sudah gelar pesta. Tanah Baja Lembata pantas mendapat “Standing apllaus” dan menorehkan cerita sejarah sebagai tuan rumah terbaik, tertulis apik dalam lembaran “perpustakaan” ETMC XXXI. Pencapaian ini merupakan kado terindah jelas ulang tahun otonomi Lembata. Meski Persebata Lembata gagal bertengger di puncak tertinggi meraih tropi ETMC, nama Lembata tetaplah harum karena tak ada setitikpun nilai yang dapat merusak susu sebelanga selama kurun waktu mulai dari open seremonial 9-9 sampai closing seremonial 29-9-2022. Lembata memiliki mimpi untuk menyatukan sukses prestasi dan sukses sebagai penyelenggara. Alhasil, dua sukses itu bagai bintang menjaga bulan, berjalan beriringan sampai “closing seremoni” . Dan tuan rumah belum berhasil menggenapi sketsa mimpi tentang pucuk dicinta, ulampun tiba meski telah bercucur darah dan keringat, tangan dan kaki telah diserahkan, semua demi Nusa Lomblen-Tanah Lembata.

Sekilas catatan lepas sebagai bagian dari memoar indah tanah Lepan Batan dalam laga final ETMC XXXI. Ambisi mendapat tropi di tanah kelahiran sendiri harus terkubur rapih ketika putra putra Danau tiga warna Kelimutu Perse Ende kembali mengunjuk kebolehannya di depan puluhan ribu penonton Lembata. Pemain Perse Ende membuka pertandingan dengan skil ball menjinakan sikulit bundar dengan umpan-umpan pendek yang membuat penonton serius dan terhibur.

Sementara Persebata tampil beda mengkombinasikan kerjasama tim dan permainan pendek dengan sesekali melakukan long pasing ke jantung pertahanan Perse Ende mengandalkan “sprinter” utama duo kembar yang menjadi “pusat perhatian” dan cukup santer dibicarakan para pecinta bola sepak sejak ETMC XXXI digelar 9-9-2022.

Keasyikan menyerang, lini tengah Persebata lupa mengantisipasi serangan balik Perse Ende. Di menit ke 17 babak pertama, dua striker utama Perse yang haus gol berhasil membungkam gemuruh belasan ribu penonton, baik di tribun utama maupun teribun “nenek” di puncak selatan Gor 99. Tidak berselang lama gol pertama dari Perse Ende , gol kedua dirayakan Perse Ende selang waktu beberapa menit saja. Gol pertama tercipta di menit ke tujuh dan gol kedua menit ke 10. Gol beruntun Perse Ende ini bagai pil pahit ditelan penghuni Nusa Lomlen ini karena tercipta di menit-menit awal pertandingan. Hujan mendung sempat menyelimuti penghuni GOR 99 maupun GOR bukit Nene. Raungan suara sensor di bukit Nene tak membuat pemain Perse Ende mundur selangkapun
Kedudukan 2-0 untuk Perse Ende. Gol ini meletupkan semangat juang anak-anak Lepanbatan untuk lebih memperlihatkan kehebatan mengolah si kulit bundar dihadapan puluhan ribu penonton. Baru setelah beberapa menitu kemudian Persebata Lembata mendapat hadia pinalty dan berhasil mengubah kedudukan menjadi 1- 2 sampai turun minum .

Kendati tertinggal satu gol anak-anak Persebata tak patah arang sebelum peluti akhir berbunyi. Persebata tetap ngotot bermain dengan semangat dan kecepatan prima demi Lewotana.

Keberuntunganpun berpihak ke anak anak Persebata beberapa menit selang babak pertama berakhir dengan diberikannya hadia penalty diarea gawang setelah pemain belakang Perse Ende tertangkap wasit melakukan hans ball. Eksekusi pinalty Persebata merubah kedudukan menjadi 2 – 1. Kedudukan ini bertahan sampai babak pertama berakhir.

Dibabak kedua. Kedua kesebelasan mencoba saling barter dan balap kecepatan dengan tensi tinggi karena dirangsang ambisi untuk menambah gol kemenangan bagi Perse Ende maupun gol balasan untuk Persebata yang telah tertinggal margin gol satu angka. Anak-anak sembur paus ngotot dan tak mau memberi kesempatan pada team danau tri warna. Algoju depan Persebata bertempur non stop “berjibakutai” dilini gawang Perse Ende.

Berulang-ulang peluang emas tercipta baik dari lini kiri maupun lini kanan yang membuat penjaga gawang Perse Ende kerepotan dan frustasi mengantsipasi serangan serangan bergelombang anak Persebata, namun serangan ini belumlah dieksekusi secara baik oleh lini depan Persebata. Boleh dibilang hanya mampu menjinakkan tetapi lemah mengeksekusi sehingga sikulit bundar berguling pelan menghindar dari jala Perse Ende.

Rupanya dewi fortuna berpihak ke Persebata. Di masa injuri time sebuah tendangan spekulasitif berhasil merobek jala Perse Ende setelah sempat terjadi benturan yang dimanfaatkan secara maksimal anak anak Lepan batan Persebata. Gol tercipta, membuat Penghuni Gor 99 bereaksi spontan meluapkan kegembiraanya bagaikan riuhnya deburan ombak pantai SGB Bungsu Lewoleba menyambut senja di musim kemarau.

Kedudukan berubah menjadi 2-2. Suara sumbang di Gor 2 bukit nene bersaut-sautan merayakan gol ke dua Persebata. Laga babak kedua pun berakhir begitu wasit meniup peluit panjnag tanda berakhirnya babak kedua.

Lembata beda na. Mengisi waktu istirahat menunggu perpanjangan waktu 2 x 15 menit, terdengar alunan musik dari kelompok muda kreatif. Tak lama berselang wasit meniup peluit panjang pertanda perpanjangan waktu 2x 15 menit mulai berjalan.

Dari waktu yang disiapkan , kedua tim berusaha keras untuk bisa mencetak gol. Pemain andalan Perse Ende bernomor punggung 9 yang kelihatan cepat, linca dan cukup berbahaya ini terus merengsek masuk mengobrak abrik lini pertahanan belakang Persebata namun pemain belakang Persebata bernomor punggung 2 yang sulit diajak kompromi dalam mengawal dan menjinakan si kulit bundar terus kokoh menjaga suaka pertahanan Persebata.

Peluang demi peluang tercipta di depan gawang Perse Ende sekedar hanya membuat penonton sport jantung, bahkan harap-harap cemas ingin merayakan gol namun, apa mau dikata, mungkin lebih tepat kalau boleh dibilang anak anak Persebata sama sekali tidak banyak yang memiliki naluri gol.

Wasit utamapun meniup peluit panjang mengakhiri pertandingan. Tak satupun gol spektakuler yang dipersembahkan oleh anak anak ikan paus sekedar mengobati perjalan panjang dan lebih awal berada di Gor 99 ataupun untuk memuaskan dahaga kerinduan dan ambisi akan sebuah kemenangan di tanah sendiri.

Drama Adu Pinaltypun menjadi bagian terakhir penentu pertarungan panas di Lembah Gor 99. Angka keramat 9 yang menjadi kebanggaan anak negeri di tanah ini, harus “digadekan” dengan sebuah pertarungan yang kurang menarik yakni adu pinalty.

Mengapa tidak, tiga kali pertandingan berturut-turut dengan kemenangan Persebata yang diperoleh melalui drama adu pinalty, ada sinyalir sore hari kemarin yang mendung itu bagai isyarat Dewi Fortuna mungkin tak berpihak ke putra-putra Lepan batan.
Isyarat ini semakin jelas tatkala eksekutor pertama Persebata gagal merobek jala Perse ENde. Selanjutnya bagai mengubur ambisi dinegeri sendiri taatkala pinalty berikut lagi gagal di eksekusi dan di tepis penjaga gawang Perse Ende.

Parade perjuangan anak negeri ini akhirnya harus mengubur ambisi meraih tropi bergengsi ETMC ke XXXI di tanah Lepanbatan, dan harus mengikhlaskan dibawa pulang anak anak Perse Ende ke bumi embrio lahirnya tiang pemersatu penyangga keberagaman di Republik ini yakni Pancasila.

Proficiat untuk pahlawan bola dari kota Pelajar Ende dan terimaksih untuk anak-anak sembur Paus. Anda telah menunjukan dedikasimu mengelola sikulit bundar menghantarkanmu ke puncak Grand final. Anggaplah ini sebagai kesuksesan tertunda meraih tropi bergengsi ini di negeri sendiri.

Anda semua telah menjadi pahlawan bagi nusa Lembata. Berjuang sampai ke tapal batas, berjalan sampai ke pulau.

Lantai I Gedung DPRD Lembata
Gewura Fransiskus Langobelen
Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Lembata

(Sultan)

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

No More Posts Available.

No more pages to load.