Kupang,HRC- Amos corputy dan Ishak Eduard Rihi selaku mantan direktur Utama (Dirut) Bank NTT meskipun sudah pensiun dan tidak aktif lagi menjalankan tugas sebagai seorang Direktur atau pegawai Bank NTT namun gaji pensiunan tetap diterima setiap bulan dengan besaran belasan juta atau mendekati puluhan juta setiap bulan.
Sangat disesali oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) bahwa seseorang yang diberi makan kenyang lalu kembali menghianati atau tidak tahu bersyukur akan apa yang diterimanya adalah suatu tindakan penghianatan keji yang sangat tidak bermartabat.
“Orang diberi makan kenyang lalu kembali muntah pada piring yang sama adalah orang yang sangat tidak ber-etika.Seekor anjing piaraan yang dipiara sejak lama dan diberi makan kenyang oleh tuannya namun kembali menggonggong atau bahkan menggigit tuannya sangat tepat untuk disematkan bagi Amos dan Ishak” Ungkap tokoh masyarakat NTT yang meminta untuk namanya tidak dipublikasikan.
Sementara di tempat terpisah salah satu maneger koperasi Kredit ternama di NTT merasa kaget dan heran dengan aturan pemberian pensiunan kepada direktur dan pegawai bank NTT.
“Kenapa mesti berlakukan aturan itu? Bagaimana mungkin orang yang sudah tidak bekerja lalu tetap diberi upah? Lebih parah lagi yang bersangkutan diupah untuk menghujat lembaga pemberi upah. Sangat disayangkan dan disesali” Ungkapan heran Maneger koperasi ini.
Nada yang sama disampaikan Ketua Umum Lembaga Pengawas Penyelenggara Triaspotika Republik Indonesia (LP2TRI),Hendrikus Djawa bahwa kisruh dalam tubuh bank NTT sudah sejak lama dikarenakan ada tendensi politik kepentingan dan kepentingan politik.
“Setiap kali ada pergantian Dirut pasti saja ada keributan entalah apa yang mereka perebutkan.Namun saran saya jika ada bukti permulaan yang cukup segera buat laporan polisi atau laporan ke KPK sehingga kasus tersebut tidak terkesan ibarat mancing di air keruh” Saran Djawa.
Lebih lanjut aktivis pembela masyarakat pencari keadilan hukum di NTT ini mengatakan polemik di tubuh Bank NTT akan berakhir jikalau jalur penegakkan supremasi hukum ditempuh baik dari pihak bank NTT yang merasa dirugikan oleh ulah Amos Corputty dan Ishak Rihi atau sebaliknya.
Djawa menambahkan proses hukum tetap ditegakkan demi mencari kepastian keadilan dan kebenaran dalam masalah ini. “Pak Amos dan Ishak silahkan proses hukumnya berjalan baik pidana, dll agar adanya kepastian hukum dan keadilan menurut versi mereka. Jabatan itu tidak kekal, kalau sudah diganti ya harus terima dengan jiwa besar kalau tidak puas silahkan ikut prosedur yang telah ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku di kontrak kerja atau perjanjian kerja di bank NTT” Pesan Djawa.
Sementara dihadapan puluhan jurnalis NTT dalam Jumpa Pers usai melaksanakan kegiatan RUPS Tahunan tahun buku 2022 dan RUPS Luar Biasa 2023 di Lantai dua gedung Sasando Senin,(20/3/2023) Direktur Utama(Dirut) Bank NTT,Harry Alexander Riwu Kaho,SH,MM menjawab media Indepeden Hak Rakyat terkait besaran gaji pensiunan bulanan bagi Amos dan Ishak tidak lain Alex mengatakan yang pastinya besaran gaji pensiunannya lebih besar dari gaji seorang kepala divisi.
“Pensiunannya yang pasti lebih besar dari gaji seorang kepala divisi”. Singkat Alex menjawab pertanyaan media ini dengan tujuan utama adanya pengawasan sosial-publikatif demi menjaga reputasi bank yang saat ini menjadi milik satu-satunya kebanggaan masyarakat NTT.
Perlu diketahui bahwa jauh sebelum Ishak menjabat Dirut Bank NTT, Amos Corputty telah mengundang media ini kurang-lebih belasan tahun silam bertempat di salah satu kantin depan Kampus Poltekes Kemenkes Kupang dimana Amos mengungkapkan segala unik-unik yang dilakukan Dirut masa itu yakni Daniel Tagu Dedo.
Menurut Amos bahwa Dan Tagu Dedo yang adalah direktur utama bank NTT zaman itu diajak dan dikaderkan oleh si Amos hingga jadi dirut pada bank NTT.
“Pak Dan itu saya yang bawa kesinih, dia sebelumnya bekerja di bank bukopin di Jawa. Anehnya setelah dia jadi Dirut hampir setiap minggu dia pulang ke rumahnya di Jakarta gunakan uang bank NTT” tutur Amos saat itu yang masih diingat baik oleh media ini.
Sebagai media yang menjunjung tinggi nilai Independensi sudah pasti setiap informasi masyarakat akan dikaji dari berbagai sisi.
Pertimbangan minus-malum dampak sebuah berita,analisis jauh-dekat akan nilai Bonum commune vs Benessre sangat diperhatikan dan menjadi hal urgensif bagi media ini. (Frengco)**