Lembata,HRC-Ini sebuah kombinasi yang patut diwaspadai. Setelah dilanda badai covid 19 yang statusnya praktis belum pulih benar. Bangsa ini pun kini sedang menghadapi sebuah persoalan bangsa yaitu resesi ekonomi. Termasuk melambungnya harga beras dan kebutuhan pokok lain.
Bahkan di negeri ini, di tanah Lembata resesi bangsa mulai sangat terasa pekan-pekan terakhir ini. Harga beras yang semula berkisar Rp. 550.000/ 50 kg kini tembus sampai angka Rp. 750.000/50 kg. diprediksikan harga ini bakal terus melonjak naik.
Itu sebabnya, “pakar” sekaligus pendiri Koperasi Tehutedaq-Kedang, Yoseph Sudarso Dolo melontarkan pikiran visoner untuk menjadikan koperasi yang dipimpinnya sebagai dompet bagi anggota untuk mengatasi resesi ekonomi, sekaligus sebagai solusi alternatif menjawabi kebutuhan anggota.
“Dalam kegiatan Pra RAT koperasi belum lama ini, saya seruhkan untuk menjadikan koperasi dompetnya anggota. Jadi dompetnya anggota supaya disaat ada kebutuhan apa saja, sandaran anggota sudah jelas ada pada koperasi. Misalnya, kebutuhan akan biasa pendidikan bagi anak sekolah ataupun biaya orang sakit, dompet kita itu ada di koperasi. Yang penting, kita semua patuh terhadap keputusan. Soal keuangan, lembaga siap untuk talangai. Karena itulah kita selalu siapkan saldo cadangan sekitar 40 sampai 50 juta untuk antisipasi kebutuhan anggota,”tutur putra Kedang ini.
Yos Sudarso Dolo hanyalah seorang pendiri koperasi berbasic pendidikan sekolah menengah ekonomi atas, yang bisa saja salah, tetapi, prediksinya terhadap gelombang resesi bangsa ini yang bakal berjalan terus sepanjang tahun patut mendapat perhatian semua pihak termasuk para pegiat ekonomi, pemilik koperasi, lembaga keuangan mikro, BUMN-BUMD dan pemerintah daerah kabupaten Lembata.
“Kami mengalami langsung dampak resesi ini. Pendapatan lembaga menurun. Banyak anggota yang tidak lagi melakukan pinjaman. Pinjaman praktis menurun belakangan ini, dipicu oleh kekwatiran saat pengembalian. Bisa dikembalikan atau tidak dalam kondisi ekonomi seperti sekrang ini. Inilah kekwatiran terbesar anggota koperasi,”tutur Sudarso Dolo ketika bertemu dengan media ini di bilangan Lamahora, Kelurahan Lewoleba Timur, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, pecan terakhir Februari 2023.
Yos Sudarso Dolu mengakui, meski berada dalam zona resesi, koperasi Tehutedaq inipun belum berada dalam zona masalah serius, baik persoalan hukum maupun persoalan kredit macet.
‘Hingga triwulan pertama tahun ini, koperasi ini pun tidak pernah menghadapi gejolak atau kasus hukum, semata karena penerapan manajemen pendekatan kominukatif kekeluargaan lewat rapat pengrurus dan pertimbangan badan pengurus jika terdapat “pelanggaran’,’tegas Sudarso.
Yos Sudarso juga mengakui, sebagian anggota koperasi Tehutedaq terjerembab ke dalam resesi setelah covid dan tidak bisa memanfaatkan modal yang disiapkan koperasi, yang sudah tentu sangat berpengaruh terhadap Sisa Hail Usaha [SHU].
‘Berbeda dengan tahun sebelumnya, meskipun terjadi Covid, banyak anggota berani melakukan pinjaman. Tahun lalu, kita enak. Tahun ini, dampaknya sangatlah besar. Dari SHU yang sebelumnya berkisar 300 an juta turun menjadi 200 an juta. Saya sampaikan kepada pengrurus saat laporan akhir tahun bahwa saat sekrang baru kita rasakan dampak dari covid,’tegas Yos Sudarso.
Demikian juga dengan pinjaman. Dirinya mengatakan, jika tahun 2020/2021 pinjaman bisa mencapai angka Rp. 1, 8 milyar maka tidak demikian dengan tahun 2022 yang hanya berkisar Rp 1, 3.
‘Anggota punya kemauan untuk pinjam, tetapi terkendala dengan pengembalian. Mereka pikir, bisa atau tidak untuk kembalikan pinjaman,’tutur yos sudarso.
Karena itulah manajemen mengantisipasinya dengan pengembangan usaha sembako sebagai solusi alternative untuk memberikan kemudahan belanja bagi anggota agar modal koperasi bisa terus berputar
‘Anggota koperasi kita berikan kemudahan untuk belanja secara lusin. Jika ke depan, belanja dimaksud, dimasukan dalam kredit, ya kita turuti, sambil menunggu pulihnya keadaan,’tegasnya.
Sebenarnya, koperasi Tehutedaq menurut Yos Sudarso juga menerapkan manajemen yang disenangi anggota dengan menyiapkan dan menjual beras sesuai standar harga beli setelah diakumulasikan dengan laba, tetapi apalah daya, beras di gudang koperasi saat ini praktis kosong karena habis terjual semua.
Yos Sudarso yang kerap disapa Arso menilai model usaha simpan pinjam yang dilakukan koperasi Tehutedaq sepanjang ini telah memberikan efek domino yang sangat luar biasa, tetapi harus juga dibarengi dengan bidang usaha lain agar koperasi Tehutedaq juga menjadi koperasi modern multi usaha.
Dan karena itulah dirinya bersama pengurus dan anggota telah membawa koperasi Tehutedaq menjadi koperasi multi usaha diantaranya bidang usaha jasa transportasi, [saat ini di koperasi tehutedaq terdapat dua armada, satu armada angkutan umum dan satu armada dum truk untuk melayani kebutuhan anggota], bidang usaha penyedaiaan gong bagi anggota dalam urusan adat dan bidang usaha sembako untuk kebutuhan hidup harian anggota.
Untuk bidang usaha fisik bangunan, metodologi yang diterapkannya adalah melayani pinjaman finansial anggota bukan dengan memberikan uang tunai tetapi melalui penyediaan material local dan non local sampai fisik bangunan benar-benar 100 porsen.
‘Yang kita kasih itu hanya uang gaji tukang dan uang makan minum. Sementara fisiknya, anggota minta uang kita kasih material. Kadang kita terlalu percaya kasih uang, tetapi anggota tidak bangun rumah. Dan ini menimbulkan utang. Jika utang terlalu banyak sudah pasti mandek dalam pengembalian,’ tutur sudarso.
Dirinya mengharapkan agar anggota koperasi Tehutedaq tetap solid dan mengikuti anggaran dasar dan anggaraan rumah tangga koperasi sebagai ‘kitab suci’ dan panduan hidup berkoperasi. [sabatani]