Kupang, HRC- Sekolah Menengah Pertama Negeri ( SMPN)6 Kupang Tengah Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur (Prov.NTT) merupakan salah satu sekolah negeri di Kabupaten Kupang kecamatan Kupang Tengah khususnya di Desa Penfui Timur dan sekolah ini persis ada di ujung bandara internasional El Tari Kupang.
Sekolah yang diapit oleh dua Universitas besar di NTT yakni Undana dan Unwira Kupang ini menjadi sekolah pilihan masyarakat sekitar buktinya bahwa meskipun sekolah ini baru namun untuk jumlah siswa cukup banyak bahkan dalam tahun ajaran 2023/2024 dari menegement sekolah dapat menolak siswa sebanyak satu rombongan belajar.
Kepala SMPN 6 Kupang Tengah,Afred A. Anabanu,S.Pd ditemui media ini di ruang kerjanya Kamis,(13/10/2023) mengatakan SMPN 6 Kupang Tengah ada di pusat kota Provinsi NTT namun meskipun demikian sekolah ini masih banyak keterbatasan khususnya fasilitas pendukung atau sarana -prasarana seperti kekurangan ruangan belajar.
” saya mau katakan bahwa saat ini sekolah yang ada di pusat kota Provinsi NTT namun kekurangan sarana -prasarana belajar masih sangat dialami sekolah ini ” Ungkap Afred.
Lebih lanjut Kepsek yang juga adalah anggota team wasit folly di NTT ini menuturkan bagaimana dirinya berjuang hingga mendirikan SMPN6 Kupang Tengah dengan pola pendekatan budaya yakni komunikasi efektif dibangun dengan para pemilik lahan hingga mendapatkan hibah tanah untuk pembangunan sekolah ini.
Dan perjuangan Afred didukung oleh tokoh masyarakat setempat hingga sekolah ini meskipun kekurangan sarana -prasarana namun terpilih menjadi satu-satunya SMP di Kabupaten Kupang ke tingkat Nasional khususnya di Kementerian Kesehatan RI, menjadikan sekolah ini menjadi sekolah kampanye sehat.
Menjawab media ini terkait strategi yang dibangun tidak lain Afred mengatakan komunikasi yang dibangun oleh dirinya bersama dewan guru yakni melalui komunitas belajar antara kepsek dan guru- guru untuk sharing pengalaman dalam hal pelaksanaan KBM.
” Kita disinih ada Kombel antara guru, sehingga teman-teman guru yang mengalami kesulitan bisa mengungkapkan kesulitannya dan yang lain mendengar lalu memberi solusi” ungkap Afred.
Pantauan media Independen Hak Rakyat di sekolah dengan jumlah siswa 228 siswa ini terbagi untuk sembilan rombongan belajar namun ketersediaan ruang kelas hanya terdapat empat ruangan maka proses KBM terlaksana secara dua kelompok antara pagi dan siang hari.( Team)**