Kupang,HRC- Bupati Sabu Raijua Drs. Nikodemus Rihi Heke,M.Si, mengajak petani garam di wilayah itu untuk berkomitmen dan tekun menjalani usaha tambak. Kepada petani garam, ia berpesan agar tidak boleh terpengaruh dengan para pihak yang tidak mendukung produksi garam di wilayah tersebut.
Sebagai bagian dari dukungan moril terhadap petani garam, pemerintah Kabupaten Sabu Raijua saat ini bertekad bangkit memperbaiki seluruh infrastruktur termasuk tambak garam yang rusak akibat badai seroja dan puting beliung 2019-2021. Tekad itu sebenarnya telah terelasir namum kondisi bangsa yang diterpa pandemic covid 19 termasuk Sabu Raijua membuat pemerintah setempat melakukan refocusing anggaran untuk penanganan Covid-19.
Bupati Sabu Raijua Drs. Nikodemus Rihi Heke,M.Si, yang ditemui media Independent Hak Rakyat di Kupang Jumat, 21 Oktober 2022 mengatakan, upaya renovasi sejumlah infrastruktur akbiat badai seroja ‘Terhalang’ karena Refocusing, anggaran 2021-2022 demi penanganan Covid-19.
Rihi Heke mengatakan, saat ini pemerintah kabupaten Sabu Raijua berkonsentrasi penuh untuk perbaikan tambak garam dengan menggunakan anggaran yang ada dengan pola perbaikan menggunakan sistem kerjasama operasional dengan masyarakat seperti tahun kemarin tetapi juga menggunakan jasa operasional pegawai kontrak yang mengerti tentang tambak garam yang dibiayai Pemda.
“Kami ingin masyarakat kali ini lebih diuntungkan, bukan dirugikan. Kalau kemaren gajinya hanya 1.200.000 maka kali ini berbasis kinerja, bisa mencapai 4 juta per orang. Jadi mereka bekerja sendiri, tdak perlu menggunakan orang ketiga. Uang mereka dapat, demikian juga dengan bahan yang ada mereka dapat berkerja sendiri,’ tegas Rihi Heke.
Ia menjelaskan, setidaknya terdapat sekitar 106 hektar tambak garam di wilayahnya, dengan produksi per hari per hektar berkisar sekitar 15 Ton, dengan demikian maka akumulasi produksi garam per bulan sebanyak 45 ton sekali panen, meski produktifitas ini sangat fluktuatif karena adanya kondisi alam yang kerap kurang bersahabat.
Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua menyebutkan bahwa luas area potensi lahan tambak garam di kabupaten itu mencapai 2.007 hektare, namun yang sudah dikerjakan 106 hektare dan yang sudah terpakai 20-an hektar namun mengalami kerusakan antara lain area tambak dan gudang tambak.
“Luas area potensi tambak garam di kabupaten Sabu Raijua mencapai 2.007 hektare, tetapi saat ini yang baru dikerjakan areanya baru mencapai 106 hektare saja, dan yang sudah terpakai 20-an hektare saja ” jelas Reke.
“Di masa Pandemic dan sebelum badai Seroja, produk kami mengalami kendala kondisi tambak karena Angin puting beliung sehingga pembeli tidak bisa membeli di tempat tambak karena tertutup terpal” tutur Reke.
Rihi Heke menjelaskan, pihak Pemda Sabu Raijua menyasar kerjasama dengan wilayah luar daerah provinsi NTT yang menjadi investor tambak garam sabu Raijua seperti daerah Pati dan Surabaya dengan sistem pembelian langsung ditempat dengan transaksi melalui transfer.
“Kita tidak melakukan kerjasama karena mengingat masalah harga. Saya sedang berpikir untuk melakukan sistem lelang harga 1.300 per kilo sebelumnya dari 1.000” tegas Reke.
Selain menyasar wilayah di luar NTT, pihak Pemda Sabu Raijua juga melakukan marketing dengan pola pendekatan persuasif kepada masyarakat sebagai langkah alternatif kampanye garam yodium.
‘Saya mengubah strategi marketing bukan saja dari pasar-pasar, melainkan dari desa-desa mengingat minimnya minat beli masyarakat menggunakan garam yodium,’tegasnya.
Ia menambahkan, perbedaan kualitas garam dan proses pengerjaan garam Sabu Raijua dengan garam lain yakni bahan dasar air laut yang bersumber dari alam yang belum terkontaminasi atau masih asri.
Rihi Heke mengajak seluruh warga dan petambak garam di wilayah itu untuk berkomitmen dan tekun menjalani usaha produksi garam untuk meningkatkan perekonomian sembari berpesan agar masyarakat tidak boleh terpengaruh dengan pihak-pihak yang tidak mendukung produksi garam di wilayah tersebut.
“Saya tegaskan bahwa usaha ini sangat menjanjikan. Saya berharap agar seluruh masyarakat termasuk pemilik lahan di seputaran pesisir pantai harus siap untuk bisa memanfaatkan lahannya. Siap bekerja dan jangan mudah terprovokasi” ungkapnya. (Eshy)**