Lembata,HRC- Lamaholot menyulam perilaku. Tangannya terulus tulus. Hatinya sejuk tanpa sahara. Tentang Lamaholot, sang advokat Jakarta ini merasakan kasih putih seputih salju tanpa karat. Dan tanda mata itu seperti sapu tangan bersulam bunga, bawa berlayar ke negeri jauh, selalu disimpan untuk diingat.
Cinta terhadap negeri dalam angan seorang politisi dapat berubah menjadi mimpi yang menjadi kenyataan jika seluruh kekuatan negeri ini yang dimulai dari tanah Songkacae ujung barat pulau Flores Nusa Bunga Flores Barat sampai ke Nagi Serani ujung Timur Flores Timur, terus membujur ke Negeri Ikan Paus tempat “aksara” Ejaan Yang Disemprnakan (EYD) Lembata bersatu dalam dekapan irama politik sama halnya dengan menguji kekuatan puisi dalam asa dan harapan ibarat kata “maksud hati memeluk gunung, sambungkan tangan supaya gunungnya bisa dipeluk”.
Erles Rareral SH mengawali kisah politiknya berkiblat di Timur mulai dari Timur Pulau Lembata, Zona Timur gugusan kepulauan Solor Watan Lema, saat bumi ikan paus itu tengah diterpa riang gempita dalam balutan senandung penuh warna sorak sorai ETMC XXXI.
Erles bernapak tilas via dolorosa, meninggalkan jejak sebagai seorang jendral lapangan hijau dengan memberikan suport dan revord kepada setiap pencetak gol tak peduli dari mana suku bangsanya, apapun club sepak bolanya, apapun kabupaten yang diwakilinya. Dan tanda mata itu seperti sapu tangan sulam bunga, selalu disimpan untuk diingat.
Erles, putra Tri Warna Kelimutu Ende, anak dari bapak Ignatius Lengi Ray, B.A mantan DPR dan DEPDIKBUD Ende dan mama Caesilia Nona Mbipi, kepala SD Ende 7 dan juga guru wanita pertama saat memberi kan sentuhan berbeda pada setiap denting lembut gemah suaranya, demikian pula pada lentur gemulai tutur katanya. Ia seolah mengkoposisikan semua unsur dan bahasa batinnya untuk tetap menjaga rasa disetiap situasi dengan bijaksana .
Baginya, seorang politisi mesti bisa menjadi suluh yang berdiri mega pada batu karang di laut lepas agar tak karam kapal berlayar bila malam tiba. Seorang polirisi harus bisa menjadi DIAN yang tak kunjung padam ditaruh orang di atas dipan, biar seluruh ruangan tak ditimpa gulita. Politisi juga harus bisa memantik bara agar pemerintah bisa mengalokasi program kegiatan terutama pembangunan infrastruktur dasar masyarakat demi kesejahteraan bersama.
Karena itulah dirinya menawarkan idealism fantastic berada bersama para pengambil kebijakan menjadi Anggota DPR RI meminjam kalimat biblis “Inilah aku, utuslah aku”. Berada di singgasana “istana” dirinya dipastikan bisa mengadvokasi kepentingan akar rumput.
Dari rantau, sang advokat yang rendah hati ini mengirim pesan bertanya kabar melalui tinta sembari menulis tentang romantika asamaranya terhadap negeri Lamaholot tanah Lembata dalam syair dedikatif bermakna “Aku mencinta negeri ini. aku bangga menjadi bagian dalam eveny ETMC di tanah Lamaholot. Sudah menghibur warga masyarakatku yang selama ini tertunda untuk di hibur. Aku menanti orkestra adik- adiku dalam ETMC di stadion Marilonga Topodoga Ende antara Semburan Ikan Paus versus Siulan Gerugiwa anggun nan cuantiq mempesona. ETMC Ende kami pastikan akan menghibur para Amalake dan Ina yang hadir menyaksikan dengan persembahan 10 ribu tiket gratis sebagai ungkapan cinta dan kasih atas tuan rumah yang baik hati.
Lamaholot menyulam perilaku. Tangannya terulus tulus. Hatinya sejuk tanpa sahara. Tentang Lamaholot, dia merasakan kasih seputih salju tanpa balutan karat.
Dia pingin lagi bermandi debuh, menikmati manisnya rasa ikan bakat, lawar siput, jagung titi, kebose dan makanan local lainnya di Lembata. Rindu tutur lembut, rindu canda manja warga Lembata. Terima kasih karena telah menjaga marwa Lamaholot selama ETMC XXXI. Terima kasih karena telah merawat hati, batin dan perasaan Perse Ende. Dan di atas segala-galanya “tidak ada nila setitikpun yang merusak susu sebelanga saat gelar bergensi sepak bola terbesar NTT ETMC”.
Salut untuk Lembata tanah Baja, bumi ikan Paus tanah Lamaholot. (aligeroda).