Kupang,HRC – Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM)di Sekolah hampir di seluruh Indonesia telah berlaku online atau yang oleh istilah pendidikan Indonesia adalah dalam Jaringan(Daring) dimana guru dan siswa sudah tidak bertatap muka langsung namun perjumpaan melalui dunia maya lebih dominan.
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 14 Kota Kupang merupakan salah satu SMPN di kota Kupang yang dari sisi lokasi sungguh berada pada ketinggian air laut dengan menaburkan panorama alam pantai yang sangat indah ketika mata memandang.
Sekolah dengan alamat jelas jl.M.B.Mail Kelurahan Penkase Oeleta Kecamatan Alak Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur (Prov.NTT)ini dalam pelaksanaan KBM masa COVID-19 juga berlaku sama dengan sekolah-sekolah lain di Indonesia yakni pembelajaran secara Daring.
Kepala Sekolah (Kepsek) SMPN 14 kota Kupang,Ester M.A.Ngaddi,S.Pd ditemui media ini di ruang kerjanya belum lama ini mengatakan situasi SMPN 14 Kota Kupang saat ini dalam pelaksanaan KBM berlaku secara Daring karena mengingat Covid-19 masih meraja lela di Republik ini.
“ Tentunya berlaku umum bagi sekolah-sekolah terkait pelaksanaan KBM dimana Daring adalah satu-satunya cara yang ditempuh saat ini mengingat Covid masih ganas dan kita dianjurkan untuk tidak boleh tatap muka” Jelas Ester.
Menjawab media ini terkait jumlah keselurahan peserta didik/siswa pada sekolah ini tidak lain berdasarkan data terakhir sekolah, Ester mengatakan untuk total siswa adalah sebanyak 798 siswa dengan rincian kelas 7 terdapat 268, kelas 8 sebanyak 262 dan kelas 9 sebanyak 268 siswa.
“ iya meskipun sekolah kami adalah sekolah pinggiran namun juga menjadi sekolah pilihan di Kota kupang karena membina siswa dengan jumlah mendekati ribuan siswa” Ungkap Ester senyum bangga.
Ester menambahkan bahwa untuk pendidikan yang menjadi dasar dan modal utama adalah spirit atau semangat seorang guru dan siswa dalam mengenban tugas baik mengajar dan belajar menggali dan menemukan ilmu secara total tanpa mengenal lelah.
“Lokasi tidak menghambat guru untuk membagi ilmu dan siswa belajar mencari ilmu. Yang menjadi hambatan adalah apakah semangat itu ada atau tidak” tutur Ester penuh makna didaktis. (Frengco/eshy)*