perintis Yayasan Pendidikan Stikes Maranatha Kupang, Drs. Samuel Selan
Kupang, HRC- “Dulu saya tidak pernah tahu kalau membangun dunia pendidikan terutama pendidikan dibidang kesehatan membutuhkan energi lebih dan persiapan yang tidaklah gampang. Kemudian, dari tahun ke tahun saya bisa merasakan bagaimana harus menyiapkan tenaga, kesehatan yang handal, laboratorium yang mumpuni, pegawai dan anggaran yang memadai, fasilitas dan SDM pengajar serta pendidik yang berkompeten. Itulah yang membuat saya, dari waktu ke waktu terus berinovasi agar Sekolah Tinggi Kesehatan Maranatha ini bisa ‘low profil’ dan bisa mengikuti persaingan di jaman kompetitif ini” refleksi batin ini menjadi kekuatan lahiriah dan spirit emosional Drs. Samuel Selan, perintis, pendidik sekaligus pemilik Yayasan Stikes Maranatha memaknai napak tilas kehidupannya dalam belantara pendidikan.
Baginya, perjuangan panjang menghadirkan Stikes Maranatha tak memiliki makna apapun jika bangsa ini masih dibelenggu kemiskinan, kemelaratan dan kesengsaraan karena masih terbelenggu penjajah. Karena itulah, selaku pendidik, dirinya mengajak seluruh elemen bangsa terutama elemen pendidikan untuk bersyukur terhadap para pahlawan bangsa dihari bae ini, hari pahlawan yang tarik waktu yang sudah ditetapkan dalam lembaran negara yaitu Sepuluh November setiap tahun, hari dimana seluruh bangsa khusuk selibat mengheningkan cipta memperingati kembali jasa para pahlawan yang gugur memperjuangkan kemerdekaan RI.
Momentum inipun menurutnya melahirkan kembali memoar tentang sejarah perjalanan bangsa dan perjuangan pahlawan kemerdekaan yang memiliki nilai korelasi dengan tokoh dan perintis pembangunan di Negeri ini, termasuk didalamnya tokoh pendidikan yang menjadi penentu gerak kemajuan negeri.
Kepada media Independent Hak Rakyat di ruang kerjanya Rabu,(10/11/2021), perintis Yayasan Pendidikan Stikes Maranatha Kupang, Drs. Samuel Selan mengutarakan bagaimana pentingnya membangun pendidikan secara utuh dengan tekad yang total baik itu mental dan intektual.
“Setiap rakyat Indonesia harus berjuang semaksimal mungkin mengaktualisasikan potensi diri guna membangun negeri khususnya pendidikan” Jelas Selan.
Samuel Selan yang ditemui bertepatan dengan hari Pahlawan 10 November meriwayatkan kisah hidupnya merintis dunia pendidikan bidang kesehatan STikes Maranatha yang tidaklah mudah, melewati proses yang cukup lama dimana perlu tenaga, fasilitas, SDM berimbang antara rasio dosen dan siswa harus berimbang.
“Dulu saya tidak tahu kalau membangun pendidikan kesehatan persiapannya tidaklah segampang yang saya bayangkan. Kemudian dari tahun ke tahun saya bisa merasakan bagaimana harus siapkan tenaga, kesehatan handal, laboratorium pegawai anggaran, fasilitas SDM pengajar dan pendidik yang harus disiapkan” kata Selan.
Dan pada akhirnya Selama lima tahun dirinya bisa berhasil mengetahui seluk- belum dalam membangun pendidikan.
Ia mengakui masih banyak yang perlu dievaluasi untuk itupun dirinya terus berbenah menjadikan stikes Maranatha menjadi yang tebaik kedepannya. Meskipun dilihat STikes Maranatha telah sudah meluluskan mahasiswa sampai ke luar negeri.
“Meskipun secara kasat mata dilihat bahwa STIKES Maranatha capaiannya sudah baik karena dilihat anak-anak kita bisa bekerja di Jepang, Arab, dan Belanda namun menurut saya belum maksimal mengingat SDM yang belum lengkap” Kata pria paruh baya ini.
Selain itu dirinya menarget 3- 4 tahun kedepan STIKES Maranatha harus memiliki tenaga doktor dosen 3 orang sehingga kampus ini bisa membuka pendidikan doktoral selain Jawa.
“Kerinduan saya SDM tenaga dosen bisa kedepannya di benahi sehingga kedepannya STIKES Maranatha bisa membuka pendidikan doktoral” Tutur Selan.
Pria yang mendapat award pembawa perubahan ini telah mempromosikan pendidikan kesehatan STIKES Maranatha di kabupaten khususnya Amfoang seutuhnya namun kurangnya pemahaman masyarakat yang masih tertutup dengan budaya sehingga makna tujuan pendidikan belum di pahami.
“Waktu saya turun langsung mensosialisasikan kampus STIKES Maranatha di Amfoang masyarakat masih kendala dengan biaya pendidikan sehingga kami turut ambil andil membantu menyekolahkan anak-anak dan akhirnya tahun 2020 Amfoang sudah mencapai 200 anak dan TTS 300 anak bersekolah disini” tambah Selan.
Pria ini menceritakan prinsip dasar alasan tujuannya mengabdi di dunia pendidikan yaitu selagi kita mampu, kuat kita bisa membawa perubahan bagi banyak orang.
Diakhir dialog dirinya menghimbau bagi generasi bangsa ini agar lewat momentum memperingati hari pahlawan jangan bertanya apa yang negara buat bagi saya namun prinsip apa yang saya sudah lakukan bagi bangsa ini. Dan untuk tenaga pendidik untuk mendidik setiap anak didik seperti sebagaimana Tuhan telah menitipkan kepada kita. (Eshy)***