Refleski Bang Haji Nasir Laode di Tengah Keberagaman Usai Tunaikan Ibadah Haji di Tanah Suci Mekah Almukarim

oleh -85 Dilihat

Lembata,HRC- Hampir Limapuluh hari Bang Nasir Laode bersma istrinya Hj. Nurmila meninggalkan tanah Lembata demi menunaikan rukun Islam yang ke lima di tanah suci Mekah Almari.

Usai di Mekah-Madinah Bang Nasir pulang ke Lembata dengan predikat baru sebagai seorang Haji. Dan panggilannya pun berubah dari panggilan keseharian Bang Nasir Laode menjadi Bang Haji Nasir Laode.

Saat syukuran atas kepulangan dirinya bersama istri dari menunaikan ibadah haji, Minggu 14 Agustus 2022 di kediamannya di Bilangan Wangatoa, Kelurahan Selandoro, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Bang Haji Nasir memberikan “catatan” reflektif di tengah keberagaman, kemajemukan dan heteregonitas bangsa yang diawalinya dengan mengutip pesan Dr. Ali Sariati seorang ilmuwan Irak dalam bukunya yang mengatakan seorang yang berpredikat haji itu, akan berhaji sampai seumur hidup.

Bang Haji Nasir memaknai perjalanan imannya menunaikan ibadah haji berangkat dari pernyataan orang bijak yang mengatakan “Bukan kesulitan yang membuat kita jadi takut, tetapi ketakutan itulah yang membuat kita sulit yang pada akhirnya kita sulit mengambil keputusan yang mungkin keputusan itu membuat kita berada pada tempat dan kesempatan yang ada,”

Demikian juga kutipan lain yang disadur Bang Haji Nasir tentang nasihat dari Sayd Sabit. Tentang Haji, Sayd Sabit dalam dalam bukunya menulis bahwa “seorang yang berhaji diibaratkan seperti seorang bayi yang baru lahir dari kandungan dengan sifat yang tidak diskriminatif manakala ditinggal ibunya sang bayi akan menangis tetapi sang bayi tidaklah gampang memeluk sesorang yang bukan ibunya meskipun yang datang kepadanya adalah sesseorang yang sangat cantic dan sangat montok, sungguh bayi tersebut akan memeluk ibunya meskipun ibunya itu hitam kelam.

“Seorang yang berhaji diibaratkan juga seperti seorang bayi tidak rakus, tidak pendendam. Ketika ditinggal pergi dia boleh saja menangis tetapi ketika ibunya datang, ia akan memeluk dan merangkul,” demikian Bang Haji Nasir memaknai kehidupan yang mebuatnya berat mengambil keputusan pada tahun-tahun sebelum berangkat ke tanah suci Mekah.

Bang Haji Nasir Laode juga memberikan refleksi mendalam terhadap panggilan religi menjadi haji dengan mengatakan, dirinya bisa kokoh dan kuat berdiri di tempat ini, pada hari ini, di tengah begitu banyak tamu undangan, di antaranya Romo Deken Lembata, Pastor Paroki Wangatoa, RD. Yermin Rianghepat, Forkompinda Lembata, personil Polres Lembata, para kepala OPD dan masyarakat se Kota Lewoleba, adalah bagian bagian rencana dan penyelanggaraan Allah Subhanawatala, Tuhan Yang Maha Kuasa dan Lewotanah Lembata yang dipijakinya, termasuk juga interaksi social antar dirinya dan sesama,di tengah keberagaman agama, suku dan ras yang menjadi doa dan menghantarnya memperoleh predikat haji mahbrul, suatu predikat yang amat berat.

Bang Haji Nasir kemudian bernostalgia, terbang kembali melintasi jarum waktu menuju ketahun 2010, dimana pernah ada “rekayasa positif” yang dilakukan H. Isak Sulaiman 2010 bersama istrinya Hj. Nurmila untuk membuka alam pikirannya untuk menunaikan ibadah haji berdasarkan pengalaman iman karena dirinya telah dua kali pergi Umroh.

“ Saat itu batin saya begejolak antara ia atau tidak. Tetapi kemudian disposisi batin saya lebih cenderung mengatakan tidak untuk saat ini. Predikat yang bernama haji itu berat. Tidak sebatas punya uang, berangkat dan pulang haji. Tidak sebatas juga kita sebut haji. Karena itu rekayasa itu berakhir, karena semua dokumen itu tidak saya tandatangani,” tegasnya.

Tetapi kemudian dirinya sungguh melapangkan niat untuk berangkat lagi Umrah. Saat itulah dirinya terus dihantui pernyataan orang bijak, “Bukan kesulitan yang membuat kita jadi takut, tetapi ketakutan itulah yang membuat kita sulit yang pada akhirnya kita sulit mengambil keputusan yang mungkin keputusan itu membuat kita berada pada tempat dan kesempatan yang ada,” karena itu dirinya mengambil keputusan untuk mendatangi seluruh dokumen untuk berangkat menunaikan rukun Islam ke lima.

Di hadapan tamu undangan, Bang H. Nasir mengakui bahwa berkat mengais kehidupan di tanah Lembata, dirinya telah memberangkatkan orang tuanya bersama kedua ibunya (ibu kandung dan ibu tiri), beserta anak saudara ayahnya yang tinggal di Salayar ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji.

Bang Haji Nasir tidak berjalan sendirian di tanah Lembata, Selain interaksi sosial dengan warga setempat yang dimaknainya sebagai bagian dari keluarga besarnya, Bang H. Nasir juga berjalan bersama setumpuk doa dan harapan termasuk juga nasihat dan aksara-aksara bijak yang terus saja dibaca dan dipedomianunya.

Dia juga terinspirasi dari tulisan Ema Ainun Najib atau Cak Nur yang meriwayatkan kehidupan demokrasi diri dengan membangun perjanjian primordial dengan Tuhan.

“Kita tahu bahwa demokrasi itu kekuasan dari rakyat oleh rakyat tetapi dalam konsep demokrasi perjanjian priomodial tersebut, Tuhan adalah mejelis permusyawaratan dunia akhirat. Ketika kita sudah memutuskan beragama Islam, Katolik, Hindu, Budah, ketika itu kita sudah punya konsesus bersama terkait dengan demokrasi,”tegas H. Nasir mengutip Cak Nur.

Bang Haji Nasir mengatakan demokrasi dalam setiap insan harus dimaknai betul karena kelak diakhirat majelis perwakilan dunia akhirat yaitu Tuhan Allah sendiri akan melalukan pengadilan terhadap setiap insan.

“Ketika itu pengacara tidak berfungsi lagi. Tangan kita, kaki kita yang akan menjawab seluruh perilaku hidup kita termasuk tempat-tempat maksiat di bumi ini yang pernah kita pijak, pernah kita singgah akan menjelaskan siapa,”tegasnya.

Bang Haji Nasir Laode yang pernah singgah di Emaus Wery memiliki ikatan emosional dengan sesame umat Katolik. Dia menceritakan sekitar 10 tahunn lalu ada seorang bruder bernama Allberto yang berasal dari Atletiko Bilbao, Spanyol pernah menginap dirumahnya di Wangatoa dalam misi mencari kaum muslim yang berniat masuk bruder.

Ketika menginap, Bruder Allberto berpesan kepadanya, “Tiap- tiap kita adalah pemimpin, tiap-tiap pemimpin itu akan dimintai pertanggungjawaban.

Bruder Allberto kemudian mengetengakan perumpamaan tentang seorang anak kecil yang selalu diingat Bang Haji Nasir.

”Suatu waktu Yesus diperhadapkan dengan sebuah masalah. Ketika itu orang mempertengkarkan tentang kepemimpinan. St. Petrus mengatakan biarlah dialah pemimpinnya demikian juga St. Yakobus. Tetapi tidak dengan Tuhan Yesus. Cara yesus mengatakan kepada para murindnya dengan meletakan seorang anak kecil diahadapan mereka dan mengatakan andaika kata anda mau menjadi orang besar anda harus menghargai orang ini,”

“Cara Yesus inilah yang perlahan-lahan meluluhlantahkan pikiran dan hati saya untuk mengambil keputusan menandatangani dokumen yang direkayasa Haji Isak Sulaiman dan istri saya untuk pergi haji,”tegasnya yang disambut dengan tepuk tangan.

Bang Haji terus berefleksi, tentang perjalanan hajinya yang dimaknai sebagai tapak perjuangan penuh iman, sama halnya dengan Siti Haja istri Rasululah Nabi Besar Muhamad yang berlari dari Bukit Sawa ke Bukit Marwa dalam konteks Tawak.

Dalam konteks Tawak, pekerjaan Tawak adalam symbol perjuangan Siti Haja ketika berlari dari Bukit Sawal ke Bukit Marwa ini yang tak lain juga mencerminkan symbol perjuangan perempuan sebagai tiang negara.

“Apabila hancur itu perempuan, apabila harkat dan martabat perempuan tidak dijaga secara baik maka negara dan bangsa akan hancur, orang akan menghargai bangsa ini secara baik apabila orang menghargai variable wanita itu. Karena wanita pada akhirnya melahirkan keturunan. Disini makna esensi,”tegas Putra Binongko yang sudah Lima kali umroh dan berencana akan umroh lagi dalam waktu dekat ini.

Karena itu Bang Haji mengajak kaum bapak, jikalau ingin berhasil, jagalah keutuhan rumahtangga secara baik, mendidk itu perempuan secara baik, karena dengan mendidik secara baik seorang perempuan pada akhirnya akan melahirkan genereasi penerus untuk Lembata dan sudah tentu untuk bangsa dan negara Indonesia.

Menurut Bang Haji, belakangan ini, seluruh jagat lagi pusing mencari format apa yang mesti dilakukan karena manusia diibaratkan homo homini lupus yang telah lupa bagaimana kelanjutan kehidupan generasi kita ke depan yang tak lain disebut pendidikan karakter yang terbangun dari lingkup keluarga temasuk peran wanita yang 80 % dapat merubah pola pikir .

“Disini saya menyebut, para kaum wanita sangatlah hebat. Saya juga melihat dari hasil penelitian bahwa wanita lebih kuat menahan penderitaan daripada laki-laki. Kita laki-laki ini kepala sakit sedikit aduh mama e. tetapi wanita, secara kodrat kalua sakit dapat mengelolanya sendiri. Selain itu wanita juga dapat mengatur tamu dari suaminya dan pekerjaan rumah lain menjawab fenomena akhir-akhir ini bahwa seorang wanita mampu mengurus sepuluh anak secara baik dan bisa mengantakan mereka ke tempat yang baik. Belumlah tentu sepuluh orang anak bisa mengurus seorang ibu,”tegasnya.

Rm. Deken Lembata, RD. Sinyo Da Gomes yang didaulat mewakili undangan juga mewakili umat Katolik sedekenat Lembata menyampaikan proficiat kepada Haji Nasir yang telah pulang menunaikan ibadah haji di tanah suci, sekaligus juga mengharapkan agar menjaga predikat haji itu dengan baik ditengah keberagaman dan kemajemukan bangsa dan negara. (Sabatani)

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

No More Posts Available.

No more pages to load.